Seputar Wanita Indonesia

Selamat Datang di Blog Wanita Indonesia Seutuhnya

Sabtu, 22 Oktober 2011

Terjebak di antara Rekan Kerja Pemalas & Bos yang Cuek

Terjebak di antara Rekan Kerja Pemalas & Bos yang Cuek


Bila Anda bekerja di kantor dan harus terjebak oleh perilaku rekan kerja yang malas dan bos yang cuek, sebaiknya Anda tetap fokus pada bidang kerja yang digarap.
HIDUP di lingkungan kerja memang tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika Anda harus bekerja sama dengan rekan kerja yang pemalas, sementara bos pun tak peduli dengan kondisi yang terjadi pada anak buahnya. Lantas, apa yang harus Anda lakukan?

Dalam lingkungan kerja, hampir selalu ada karyawan yang seolah makan gaji buta. Dia sering datang terlambat dan pulang lebih awal. Saat di kantor pun, kerjanya hanya chatting, memperbaharui status di jejaring pertemanan, berbincang urusan pribadi di telepon, atau berkeliling kantor mengganggu orangorang.

Tentu saja, semua orang sudah paham dengan kebiasaannya. Mungkin juga sudah ada yang menyindirnya. Namun, jika ia tetap tidak mengubah kebiasaannya, maka pertanyaan pun timbul, “apakah dia sadar tentang perilakunya yang buruk itu?”

Menurut Mark Goulston, penulis buku “Just Listen”, beberapa karyawan pemalas memang tidak sadar akan kebiasaannya itu. Saat ditanya, ia kemungkinan juga memiliki alasan atau pembenaran atas perilakunya itu. Namun, ada pula karyawan yang sadar penuh akan perilakunya, namun enggan untuk mengubahnya.

“Biasanya ini karena bos mereka membiarkan perilaku anak buahnya yang buruk itu,” kata Goulston, seperti dikutip dari Careerbuilder.

Mengapa bos membiarkannya? Jawabnya, menurut Goulston, karena bos itu ingin menghindari konflik. Bos khawatir bahwa jika bawahannya ditegur, maka efeknya bisa berakibat buruk dan malah akan membuat suasana menjadi lebih buruk lagi.

Padahal sebenarnya, saat bos membiarkan anak buahnya tidak bekerja dengan semestinya, hal ini bisa berdampak pada kerja tim yang dipimpinnya. Walaupun mungkin yang malas hanya satu orang, tetap akan berpengaruh pada moral dan keharmonisan hubungan kerja antarkaryawan.

“Tak hanya menambah pekerjaan rekan kerjanya, ia juga bisa menimbulkan prasangka buruk dan disharmoni karena ada karyawan yang bekerja keras dan ada yang tidak,” ujar Ketty Patterson, konsultan komunikasi dan penulis “Crucial Confrontations” dan “Crucial Conversations”.

Menurut Pattison, karyawan yang bekerja keras mungkin akan mempertanyakan, mengapa bos membiarkan karyawannya menjadi pemalas, sementara yang lain harus tetap bekerja keras. “Nah, selagi para karyawan tersebut mengeluh dan memperbincangkan tentang karyawan yang pemalas, saat itulah tanpa disadari mereka sebenarnya menguras energi untuk hal yang kurang bermanfaat dan tentunya secara langsung juga mengurangi produktivitas kerja,” tutur Pattison.


Apa yang harus dilakukan?

Nah, jika Anda terjebak bersama karyawan pemalas dan bos yang tidak peduli, apa yang harus Anda lakukan? Apakah Anda mendiamkan saja atau berbuat sesuatu untuk mengubahnya?

Menurut Jane Goldner, penulis buku “Driven to Success: A 10-Point Checkup for Achieving High Performance in Business”, karyawan harus memperhatikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, bukan malah sibuk mengurusi perilaku si pemalas. Namun, si pemalas juga harus diperingatkan, terutama jika kebiasaan buruknya memengaruhi hasil kerja tim.

“Anda harus bicara kepada si pemalas tentang perilakunya yang buruk. Jika tidak berhasil, maka mulailah menyampaikan masalah ini kepada bos Anda. Katakan kepadanya bahwa perilaku karyawan tersebut sangat mengganggu kinerja tim. Sertakan juga argumen dan bukti nyata agar bos Anda mau mengambil tindakan tegas terhadap si pemalas,” saran Goldner.

Berikut beberapa cara lain yang bisa dicoba:


1. Fokus

Fokuslah pada masalah yang paling mengganggu Anda. Perhatikan kebiasaan atau pekerjaan mana yang paling penting dan tidak bisa diselesaikan si karyawan pemalas dengan baik. Sampaikan kepadanya atau kepada bos tentang masalah tersebut.

2. Pilih kata-kata yang tepat

Sampaikan tentang tanggung jawab masing-masing dan sampaikan kegiatannya yang tidak berguna dengan tidak mengerjakan tugas tersebut. Hati-hati dengan argumen dan pilihan kata Anda, karena ia bisa jadi bertindak defensif.

3. Berbicara dengan baik

Saat berbicara, jangan sampai membuatnya merasa tidak nyaman atau menyalahkannya. Bicaralah dengan bahasa yang baik dan yakinkan ia bahwa Anda akan membantunya mengatasi kebiasaan buruknya. Anda bisa mengatakan, “Saya berharap ada yang membantu saya mengerjakan ini. Tapi saya lihat kamu tidak melakukan apa pun. Bisakah kamu membantu saya agar hasil kerja tim kita menjadi lebih baik?”

4. Bicarakan secara pribadi

Jangan menyinggungnya di depan orang banyak. Bicaralah secara pribadi agar ia merasa lebih nyaman.

5. Berikan kepedulian dan semangat Anda

Bantulah ia untuk segera mengatasi kebiasaan buruknya dengan menunjukkan rasa peduli. Berikan ia semangat untuk bekerja lebih giat. Ingatkan pula dengan bahasa yang baik dan lembut jika ia mulai menunjukkan kebiasaannya yang malas dalam bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar