Harapan dalam Ketidaksempurnaan
Perenungan seharusnya menguatkan,
membawa kita kepada pengertian dan komitmen baru. Tapi tidak selalu demikian,
bisa jadi terjadi yang sebaliknya. Perenungan bisa melumpuhkan kita. Perenungan
bisa membawa kita kepada yang Nouwen sebut sebagai “jurang yang sangat dalam
antara pengetahuanku dan hidupku.” (A Cry
for Mercy, hal 49). Perenungan juga bisa mengingatkan akan jurang antara
keinginan dan perbuatan, kemauan dan performa, panggilan dan pencapaian.
Sayangnya, jurang ini tidak akan
pernah terjembatani. Kita tidak akan pernah memperoleh semua yang kita
inginkan. Justru makin kita merenung, makin sadar kita akan kegagalan dan
ketidaksempurnaan kita, bahkan ketika orang lain mengatakan kita sukses. Masalah
ini tidak ada hubungannya dengan hidup dalam kebohongan atau ketidakcocokan,
ini masalah pengakuan kemanusiaan kita dan ketidaklengkapan yang harus kita
terima.
Pengakuan ini tidak perlu membuat
kita patah semangat dan pesimis. Efeknya bisa sebaliknya. Hal ini dapat
menyadarkan kita bahwa kebaikan bisa datang dari ketidaksempurnaan, kekuatan
kita bisa datang dari kelemahan, dan berkat bisa datang dari kerapuhan.
Sumber: Dare to Journey with Henri Nouwen, Charles Ringma, Hal 190.