Seputar Wanita Indonesia

Selamat Datang di Blog Wanita Indonesia Seutuhnya

Kamis, 27 Oktober 2011

Anak Kecil yang Bijak

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang
mengikuti sebuah lomba mobil balap
mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab,
ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang
sekarang dan mereka memamerkan setiap
mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan
sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak
istimewa,namun ia termasuk dalam 4
anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya,
mobil Mark lah yang paling tdk
sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan
mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan
kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip
diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan
mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun,
Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu
buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final
kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai
bersiap di garis start, untuk mendorong mobil
mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan,
telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya.
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu
sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak
berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya
terpejam, dengan tangan bertangkup
memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata,"Ya, aku siap!". Dor!! Tanda pertandingan
telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka
mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil
itu pun meluncur dengan cepat.

Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat
menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...
cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka.
Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali
lintasan finish pun telah terlambai.
Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang,
begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit
lagi dalam hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba, Mark maju ke depan
dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti
tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang,
bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu
yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu
melanjutkan,
"Sepertinya, tak adil untuk meminta
pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang
lain.... Aku, hanya memohon pada Tuhan supaya aku
tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah
beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk- tangan
yang memenuhi ruangan.Teman, anak-anak, tampaknya
lebih punya kebijaksanaan dibanding kita
semua.

Mark, tidaklah memohon pada Tuhan untuk menang
dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk
meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin
diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan
mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa
untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun,
Mark, memohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan
saat menghadapi itu semua.

Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau
menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin,
telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa
pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan
kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan
untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang
terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian.
Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk
menghalau setiap halangan dan cobaan yang
ada di depan mata.
Padahal, bukankah yang kita butuh adalah
bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?
Kita, sering terlalu lemah untuk percaya
bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita
sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak
adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?

Saya yakin, "Tuhan memberikan kita ujian yang
berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng
dan mudah menyerah. Melainkan membuat kita
menjadi kuat & tegar menghadapi cobaan hidup
Sesungguhnya, ujian yang Tuhan berikan tidaklah
melebehi dari kemampuan yang kita miliki"

By : ~ J.C ~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar